Namun jika untuk mencari sosok penggantimu mungkin tidak dulu, karna aku masih sangat takut untuk merasakan sakit yang kesekian kali”


Semenjak itu aku tidak pernah menaruh harapan pada siapapun. Sudah lelah rasanya jika harus merasakan sakit yang bertubi-tubi. Maka untuk sementara waktu aku putuskan diriku dan hatiku beristirahat sejenak agar dapat berdamai dengan kenyataan, kenyataan bahwa kamu memang bukan lagi milikku dan tidak mungkin aku perjuangkan. 


Takut, takut jika harus memaksakan hati untuk terbuka lagi dan dihuni oleh sosok yang salah lagi. Untuk sekarang tak apa jika memang lara akhirnya aku menerimanya. 


Seiring berjalannya waktu semenjak aku dan kamu sudah tidak lagi menjadi kita, aku selalu berdoa agar kau senantiasa bahagia dengan dia pilihan mu dan aku selalu berdoa agar sakit yang ku rasakan saat ini biar aku rasakan sendiri jangan sampai kelak kau merasakan nya karena berat bagiku jika harus melihatmu sedih. 


Semoga dengan tidak adanya aku di hidupmu kau bisa lebih leluasa melakukan apa saja tanpa aturan-aturan dan konsekuensi yang aku berikan hingga membuatmu merasa bahwa diriku adalah beban. 


Sebenernya lelah jika harus berpura-pura menjadi sosok yang periang didepan banyak orang, namun aku tak mau orang-orang disekitar ku tahu jika aku sedang merasakan sakit hati yang amat dalam. 


Jauh di lubuk hati yang terdalam ingin sekali diri ini menangis dan berteriak sekencang-kencangnya, namun semesta memaksa untuk terlihat baik-baik saja didepan semuanya agar terlihat seperti wanita yang kuat. 


Dari kamu aku banyak belajar bahwa level tertinggi dari mencintai tidak harus memiliki melainkan mengikhlaskan orang yang kita cintai dapat bahagia dengan pilihannya. 


Maka untuk saat ini aku putuskan agar aku berdamai dengan diriku sendiri dan memeluk erat luka dalam hati, karena jika untuk mencintai dan membuka hati lagi sepertinya tidak mungkin. Takut jika harus bercinta lagi karena realita tidak sebaik ekspetasi.


Munafik memang jika ditanya “kamu kenapa?” Aku selalu menjawab “gapapa”. Ini yang selalu aku lakukan pada semua orang yang selalu menanyakan keadaanku setiap kali mereka melihatku yang sangat ceria tiba-tiba diam saja. Namun tidak lama kemudian aku selalu bersikap ceria lagi seolah-olah tidak terjadi apa-apa karena aku tidak ingin orang di sekitarku tahu bahwa sebenarnya aku sedang tidak baik-baik saja dan semua ini karna perbuatanmu.

 

Terima kasih atas semua luka yang kamu beri, aku tidak pernah menyesal mengenalmu dan aku tidak kecewa sama sekali telah kau buat seperti ini. Namun jika untuk mencari sosok penggantimu mungkin tidak dulu, karna aku masih sangat takut untuk merasakan sakit yang kesekian kali. 


Aku tidak pernah menyesal bisa sesayang dan secinta ini sama kamu, selalu bertahan sesakit apa pun keadaannya. Sekarang aku paham, bahwa ketulusan tidak selalu tentang kepemilikan. 


“I hope you can always be happy even if you’re not with me”.

 

Penulis: Desy Widiawati