Blog
PETUALANG
- November 13, 2022
- Posted by: admin
- Category: Puisi
Petualang
Karya: GreenDwi
Seorang petualang keluar dari rumah, berdiri mantap
Senyumnya terukir indah, di bawah tatapan matahari yang gagah,
Siap berkelana, mencari jati diri dan tujuan
Berjalan, melewati beragam bentuk kehidupan
Sepuluh menit berjalan, terdengar suara mengaduh di belakang
Ia spontan berbalik, wajahnya tegang,
Ternyata, anak kecil yang tersandung, tak melihat ada batu
Ia berlari, menghampiri dan membantu anak kecil itu berdiri,
Satu masalah kecil, jantungnya sudah berdegup tak terkendali,
Masalah begini, ia harus selalu peduli
Ia berjalan lagi, jauh sekali,
Bukan sekali dua ia kembali berbalik,
Sekedar menemani, memapah, dan segala uluran tangan yang bisa ia beri,
Dan kali ini, ia kembali berbalik untuk ke sekian kali
Seseorang di belakangnya, meminta bantuan
Ia mendekat, bertanya apa yang bisa dilakukan
‘Bisa kau memberi semuanya untukku? Yang ku tahu, kau terkenal sering membantu’
Maka ia mengangguk, ‘apa pun akan kulakukan, selama aku mampu’
Semua yang ia punya, akan ia berikan,
Rasa pedulinya, jauh di atas rasa ‘Bagaimana bila aku juga menginginkan?’
Dan sampailah ia di hari ini,
Setelah selesai dengan semua ‘perhatian’ yang bisa diberi, ia berjalan lagi,
Baru sepuluh langkah ia jatuh terduduk, menangis terisak,
Ia tahu, kali ini ia yang butuh kepedulian
Ia menengadah, binar tatapannya redup sekarang
Menatap sekeliling, berharap ada seseorang,
Tak terhitung berapa pasang mata yang menatapnya,
Tapi tak ada satu pun yang memanggil, mengulurkan tangan
Hei, bahkan orang yang baru saja dipedulikannya, kini hanya tersenyum sinis,
Tak peduli, ia malah berlalu pergi
Ia tersentak, paham dengan keadaan
Senyum mirisnya terukir, sambil tertatih berusaha bangkit
Kepedulian? Dimana ia sekarang?
Entahlah, setidaknya ia punya pilihan baru untuk melanjutkan perjalanan
Ia kembali melanjutkan perjalanan
Kali ini, jalan baru yang ia pilih, berbeda sekali
Tatapannya tegas, dengan jalan yang sedikit pincang,
Seseorang berteriak di belakang, sama sekali ia tidak memedulikan
Degupan jantung itu tak ia hiraukan
Tak ingin lagi ia menatap ke belakang
Sungguh, tak peduli lagi ia
Kepeduliannya, kepedulian orang lain terhadapnya, tak akan ia pedulikan
Teriakannya semakin sayup terdengar,
Ia pergi, tak menghiraukan lagi
Menghilang di kelokan jalan,
Kepergiannya, diantar oleh pasang mata penuh tanya semua orang
Seorang petualang itu memilih pergi, menghilang, tak lagi memedulikan
Kini, tak ingin lagi ia menatap ke belakang