Memiliki hubungan cinta dan benci dengan keluarga, rasa-rasanya jadi pengalaman yang setiap orang punya. Sejak kepergianku meninggalkan rumah satu tahun yang lalu aku belajar bawha ada banyak hal yang akan selalu membuatku mengalamatkan tujuan pulang kepada mereka.

 


Sedikit trauma yang dirasakan seorang sufyan kecil, sepertinya telah menumbuhkan sisi sufyan lainnya yang ingin meninggalkan rumah tanpa pernah mau menoleh lagi dan kembali menjadi lemah. Namun semakin dewasa, aku belajar bahwa banyak manusia yang datang dan pergi untuk sekedar singgah sementara di hidup ini. Dan itu memuakkan. Aku lalu ingat ucapan ibu beberapa tahun lalu yang hingga saat ini begitu membekas di kepala ku 

“Suf, buat ibuk nggak masalah kalau kamu mau kabur dari rumah, menghindar dan mencari kehidupan yang lebih membuatmu nyaman. Tapi ingat nak, semua itu temporer. Kamu bisa merasa nyaman dengan temanmu dan bercerita mengenai banyak hal tapi di akhir hari, nggak ada yang memberimu jaminan kalau mereka selalu tinggal bersama mu. 

Benar, begitupun ibu. Ibu akan pergi nantinya namun setidaknya, rumah ini akan selalu terbuka untuk kamu. Pergi yang jauh nak, tapi pulang itu juga butuh. Kamu anak ibu, ibu nggak masalah dengan semua pilihan yang kamu buat. Pesan ibu cuma satu, tolong jangan pernah lupa kalau pulang mu ada di keluarga. Jangan lupa untuk terbuka kepada kami, kepada ibu, kepada adik dan kakak mu, kepada ayah yang mungkin kamu benci sekalipun”

Ucapan ibu hari itu selalu saja menenangkan ketika badai hidup kembali menerpa. Ada sesuatu yang cukup menghangatkan walau aku masih membeci makna kepulangan. Tapi ibu benar, semua hal di luar sana tak akan pernah jadi sesuatu yang selamanya ada.

Seperti hari ini, ketika badainya kembali meghampiri dan sedih tak dapat kutahan lagi, suara ibu jadi satu-satunya suara yang ingin ku dengar saat ini.

Di seberang sana, aku menanti sapaan hangat ibu sebelum akhirnya aku bisa kembali bercerita.
“Bu, ibu benar yah aku tetap butuh pulang. Hari ini pertemanan dan persahabatanku hancur. Dan suara pertama yang ingin aku dengar adalah suara ibu.

Penulis : sufyanwahyudi