Blog
CERMIN
- Oktober 5, 2022
- Posted by: admin
- Category: Puisi
Cermin “Kita”
Penulis: GreenDwi
Disini, bersama bayangan diri
Menatap lurus ke arah cermin
Tatapan mata yang dingin
Menyuruh pantulannya ikut larut dalam sunyi
Lama, senyum miris terukir
Satu tetes air mata jatuh, disusul dengan tetesan yang lain
Satu, dua, sampai lima jam, biarlah seperti ini
Hingga tak ada lagi air mata yang membasahi pipi
Mengusap jejak kesedihan, kembali menatap cermin
Mengamati pantulan diri
Kali ini, senyum tulus yang diberi
Memulai obrolan, kalimat sapaan yang manis
Duhai, sekuat apa aku ini?
Semampu apa aku dapat menahan sakit di hati?
Rasa sedih, marah, kecewa, takut, semuanya, tertahan dalam diri
Bisakah mereka menerima aku yang hancur begini?
Kesedihan, karena ribuan alasan,
Harus tetap aku tahan,
Kemarahan, karena hal kecil yang dilakukan,
Harus tetap aku sabar,
Kekecewaan, karena tak diharapkan,
Harus tetap aku berjuang,
Ketakutan, karena trauma yang menyesakkan,
Harus tetap aku lawan
Rasa sakit ini,
Seperti kerikil kecil yang satu persatu dilemparkan, kini sudah setinggi badan,
Seperti daun yang jatuh sehelai demi sehelai di musim gugur, kini sudah menutupi jalan,
Agar tidak berhamburan kerikil itu,
Agar tidak tersapu angin dedaunan itu, bisakah aku menahannya?
Topeng yang kupakai, sudah terlalu tebal
Akankah bisa kuungkapkan? Mampukah mereka paham?
Ini mungkin karena aku,
Aku mungkin yang salah, aku mungkin yang terlalu lemah,
Terlalu sulit untuk mengungkapkan,
Terlalu banyak menghitung kesalahan,
Hingga satu pun tak ada yang dijelaskan
Pada akhirnya, hanya kembali mengurung diri
Berbicara dengan pantulan cermin,
Mencurahkan semua isi hati,
Sendiri, ditempat ini.