Blog
BOCAH
- Maret 26, 2020
- Posted by: admin
- Category: Cerpen
Di sudut pasir pantai yang dulunya sebuah taman yang indah nan mempesona, kini hancur di terjang derasnya ombak liar,ditanami tumbuh-tumbuhan besar. Tapi masih saja kalah dengan kuat nya ombak.
Hari per hari belalu,tahun pun berganti, tak sengaja aku lewat di pingir pantai tersebut,terlihat dengan jelas bekas air yg di lempari batu namun tak ter lihat orang yang melemparinya, lalu waktu itu pun aku memberanikan diri untuk mendekat, aku kaget ternyata seorang bocah duduk di tepi pantai tersebut sambil menangis dengan nada yang amat lembut, aku pun duduk disampingnya.
“nak kamu kenapa?” aku melemparkan pertanyaan pada bocah tersebut, Ia berhenti sejenak dalam alunan tangisnya sembari melirik kepadaku, tatkala kemudian tanpa jawaban Ia Melanjutkan Tangisannya.
“nak kenapa kamu menangis?” kedua kalinya aku melemparkan sebuah pertanyan, namun sama saja. Iya berhenti sejenak dalam tangisan nya, lalu ia melanjutkan tangisannya itu kembali, disitu aku hanya bisa diam saja sambil melihat batu-batu yang di lemparkan pada air di pantai tersebut
Aku berpikir untuk meninggalkannya,tapi entah kenapa rasa penasaran ku besar dengan itu aku memilih untuk tak berdiri dari duduk ku,
“Dunia ini kejam kan pak?” dengan serentak sekali nada bocah itu melemparkan kata yang berbentuk pertanyaan aneh. Aku melihat wajah bocah yang digelagangi air mata di seluruh pipinya, sambil tersenyum. Aku tak langsung menjawabnya karna bingung “kenapa bocah sekecil ini bisa memunculkan pertanyan sebesar itu” celetusku tak sengaja di dalam hati.
“aku setiap hari, mungkin seluruh waktuku hanya aku habiskan untuk hal yang tidak berguna ini, hanya rebahan lalu melemparkan batu-batu ini ke air pantai yang sudah ribuan biji jumlahnya” Anak itu melanjutkan bicara. Akupun tersenyum kembali sambil melihat wajahnya aku paham bocah ini sedang dilanda kecewa besar, tapi bagaimana bocah ini bisa mempunyai pemikiran yang menurutku melampaui batas seorang bocah, yang pada biasa tk memikirkan hal-hal yang bersangkutan dengan dunia,apa lagi tentang rasa. Yang aku tahu bocah seumuran dia hanya Bermain dan bermain.
“Ayah, ibuku baru saja pulang dari negri orang, tak sampai aku membayar rinduku padanya Ia tega meninggalkanku lagi, tapi tanpa ada kata kembali” pengungkapan anak itu kepadaku yang hanya tersenyum sembari melihat air matanya, di situ aku baru sadar bahwa bocah ini hanyalah sebatangkara yang di tinggal setelah perpisahan lama nya.
Tak sengaja air mataku pun jatuh mendengar gagasan tadi.
“saat kamu merasa dunia ini kejam hanya padamu, percayalah di luar sana banyak orang yang yang bilang dunia ini syurga baginya” aku coba menenangkan.
“tapi kenapa Tuhan tidak adil,aku di pisahkan setelah perpisahan lama, apakah tuhan tidak punya belas kasihan pada bocah sepertiku yang hanya bisa mengandal doa dari pada tindakan” ia menjawab dengan nada lantang sambil berdiri, aku tersipu tak bisa berucap, air mata berjatuhan deras di pipiku sambil memandagi lautan yang begitu luas. Bocah itu pun kembali duduk dan melemparkan batu-batu itu lagi.
“kenapa kamu terus melempari air itu dengan batu” tanyaku pada bocah tersebut.sambil menamgis.
“biar alam juga merasakan bagaimana rasa sakit yang ku derita setelah kepergian ayah ibu ku yang tak ada perjanjian untuk kembali seperti dulu saat ayah dan ibu ku pergi bekerja ke luar negri” dengan nada lembut dan nafas tergesa-gesa ia menjawab. Setelah itu bisaku hanya diam, menangis sambil tersenyum. Karna Aku tak pernah berada di posisinya bahkan saat aku masih bocah,dulu bisa ku hanyalah bermain dan bermain.
30 menit, bungkam tanpa kata hanya derai ombak dan nada tangis yang menderu-deru.
“Rencana tuhan lebih indah dari perkiraan hambanya, Setiap manusia sudah ada catatan perjalanan nya masing-masimg, tentang kebahagian, tentang kesedihan, tentang musibah, tentang masalah, di samping itu percayalah semua yang Tuhan takdir kan untuk hambanya pasti ada hikmahnya. Coba kamu bangkit dan buktikan kamu bisa melawan kekecewaan mu, dan bilang pada tuhan mu,Aku pasti bisa melewati cobaanmu,aku bisa melawan hawa nafsu ku, aku bisa berdiri sendiri,aku percaya pada mukjizatmu tuhan” setelah lama tnapa percakapan aku menyambungnya dengan nada yang lantang, bocah itu hanya terdiam saja sambil memamdangku dengan mata yang tajam untuk beberapa menit.
“Berdoalah pada tuhanmu, jangan lupakan kewajibanmu, kamu pasti bisa akan hal itu, aku percaya” aku coba memberi semangat pada bocah tersebut.
Sambil berdiri ia berkata dengan nada yang sangat lantang ” Aku Bisa melakukannya, aku bisa itu, aku bisa” aku mengusap air mata yang tadinya tergelerai tanpa arah sebab angin kencang yang sangat menebus. sambil berdiri aku tersenyum lebar, ia juga membalas dengan senyuman dan berkata “ayo pulang pak, aku akan merubah jalan hidupku, takdirku dari perjalan ku pulang saat ini” dengan semangat yang besar anak itu mengajakku pulang.
“mari bapak anter” kataku sambil berjalan menjauhi pantai,
Setelah sampai di rumahnya aku pun melanjutkan perjalan.
“umur tak menentukan pikiran,begitupun sebaliknya, serta tidak ada satupun masalah yang tidak bisa diatasi, dia percaya serta berpasrah pada tuhan, dengan usaha dan doa semua akan baik-baik saja, karna tindakanlah paling utama dari kata-kata.“
Penulis : sufyanwahyudi