Blog
ADA JEDA
- Juni 16, 2022
- Posted by: admin
- Category: Cerpen Kritik Sastra Novel
Dalam buku “Lebih Dari Seharusnya”
“Lho kamu fira kan?”
Sapaku kali pertama bertemu di pojokan kantin kampus
Sebelumnya kami hanya chatingan melalui whatapp itu pun sekedar menanyakan informasi terkait kampus karna pada waktu itu kami sama-sama calon mahasiswa baru yang sebentar lagi akan di ospek
“Aku Fyan” sambungku dari pertanyaan di atas
“Oh iya kamu yang sering chatingan di wa itu kan yah” jawab fira sambil tersenyum setelah mendengar pernyataan pengenalanku
“Iya, kamu sama siapa kesini”
“Sama temen kakak angakatan” jawabnya
“Oalah yaudah Duduk sini lo mumpung kursinya kosong” tawaranku untuknya dan ia pun mau duduk pas di depanku dengan memesan beberapa cemilan dan minuman
Kita pun mulai mengobrolkan hal-hal yang aku pikir-pikir hal itu tidak penting sama sekali, tetapi memang lucu untuk di ingat karna kita tertawa bebas atas obrolan yang kita ciptakan itu
Entah kebohongan atau bukan tentang obrolan itu, tak tak peduli sama sekali.
Kebenarannya adalah, Detak jantung yang tak bisa ku rasakan di setiap hari belakangan ini berbeda, aku tak tau arti dari perasaan ini tetapi intinya hari ini aku bahagia
Tetapi aku harus segera bergegas pergi dari tempat itu,
Jam 11 lebih, hari jum’at dan alasan ku harus bergegas, akupun harus pulang untuk bersiap sholat jum’at
Kosanku agak jauh dari kampus, transportasi pun aku belum punya, yang mewajibkan aku harus jalan kaki.
Tiga hari sudah, aku menampakkan kaki di perantauan.
hari ini aku bertemu dengan sosok perempuan yang entah tak bisa ku paparkan untuk sebuah kesan nya pertamanya
Lama memang aku mematikan sebuah hati, entah karna menjaga diri atau sebuah trauma, aku sendiri pun tak terlalu paham,
Yang aku tau pada waktu ini hanya berjalan lurus mengikuti arus kehidupan yang ada
Berjalannya waktu, tiba hari dimana aku mengikuti Ospek salah satu syarat menjadi seorang mahasiswa
“Hy Fyan” sapanya di ujung gerbang kampus
Dengan serangam yang sama di lengkapi sebuah almamater kampus yang sama bahkan ternyata jurusan kita pun sama
“Iya Fir, udah dari tadi ya” jawabku, padahal sama sekali kita tak pernah janjian untuk sebuah kebersamaan atau bahkan untuk bertemu selanjutnya Lebih tepat bisa di bilang sebuah Kebetulan.
“Oiya udah tau kelompok mu ? Tanya fira kepadaku
“Loh belum, emang dimana melihat nya?” jawabku setelah pelontaran pertanyaan itu
” di papan dekat gedung sarwa”
Setelah menerima pernyataan itu akupun bergegas untuk melihat lembaran-lembaran kertas, yang pastinya mencari namaku dengan adanya harapan,
harapan itu pun tak berujung nyata
Aku berbeda kelompok dengan fira
Hari belalu, waktu pun ikut berganti setiap malam Kita chatingan dengan pembahasan yang bisa kita maknai pendekatan. Mungkin. Entah kita sama-sama merasakan atau hanya aku saja, entahlah aku tak terlalu peduli untuk hal itu, yang aku pahami adalah aku sedang jatuh cinta untuk kesekian kalinya setelah hati ini mati dari beberapa tahun yang lalu.
Sampai pada saat hari dimana pesanku tak lagi Ia baca, tak lagi Ia balas, padahal hal itu selalu ku tunggu di setiap notif yang mewarnai nada Hp ku
Setiap ada Notif Hp di hp ku selalu berharap itu adalah Fira Namun harapan itu pupus ketika aku melihat layar Hp.
Beberapa hari harapan itu tetap sama ,Meski selalu di patahkan seketika saat aku melihat layar Hp ku
Padahal Beberapa tahun lalu, Aku memutuskan untuk Membuang kata Harapan untuk siapapun, berjanji kepada diri sendiri agar menghentikan rasa kecewa datang.
Hari ini janji itu ku ingkari sendiri, lebih parahnya ada rasa kecewa karna harapan yang berhari-hari aku ciptalan sendiri
Menjadi sebuah keterbiaasaanku yang menganggap cuma aku saja yang berharap sesuatu, tetapi aku juga sudah terbiasa untuk kehilangan sebelum memiliki
Bukan karna kita tidak satu kelompok
Tapi entah karna apa, semenjak saat itu aku pun lost contact dengan fira dalam waktu yang panjang, yang meskipun kita satu kelas keterasingan itu tak bisa lepas dari kita
Hari pun berlanjut , berlalu dengan keasingan kita yang seiring berlarut. Hingga sampai dimana kita berjalan tak searah. Aku dengan jalanku, dan Fira dengan jalannya.
Tanpa di sadari pun aku mulai terbiasa akan hal itu, kembali menjadi diri yang tak memikirkan secara berlebihan tentang perasaan
Sudah terhitung banyak hari aku tak lagi menerima balasan darinya, tak lagi memberi candaan untuk sebuah tertawaan
Jalan ya b sudah berbeda, meski jalanku tetap saja yang di sandingkan keterbiasaan ku tanpanya
Sebentar memang dan hanya beberapa hitungan hari, tetap akan ku tanam perasaan ini di dalam lubuk pinggiran hati, tetapi tak lagi aku sinari.
Aku percaya perasaan ini berbeda dengan perasaan-perasaan jatuh cinta yang pernah aku rasakan sebelumnya,
aku pun percaya bahkan dengan sangat, Nanti. Berjalanan waktu persatuan dua insan ini akan terwujud dengan waktu yang tak di tentukan dan aku sangat yakin tentang hal itu
Berbicara tentang keyakinan,segala sesuatu yang aku ucapkan tidak pernah luput atau pun salah sekalipun tetapi dengan sebuah waktu yang tak di tentukan pula
Hal ini bukan kelebihan juga bukan kekurangan karna setiap yang ku ucapkan pastinya itu terjadi
Sulit untuk di percaya memang tapi itulah aku dan sekala kemistisan yang aku punya,
Orang pertama yang mengakui akan kelebihan atau kekuranganku ialah Nenek ku yang tak lama setelah pengakuan itu Beliau menghembuskan nafas terakhirnya
Dengan peninggalan pesan langsung kepadaku “jaga ucapanmu, itu salah satu jembatanmu untuk menuju surga nanti”
Tetapi Cerita ini bukan Tentang Aku pribadi atau bahkan kemistisan yang aku punya
Buku ini sebuah asmara jatuh bangun yang entah nanti berakhir temu atau pun tidak lagi-lagi aku tak peduli
Tetap, aku akan menjalani kehidupan baru ini dengan hati lapang
Tentunya menjadi mahasiswa sangat banyak tantangannya, tetapi lagi-lagi ini bukan sebuah proses Mahasiswa tentang pekuliahannya
Hanya tentang sebuah asmara yang penuh tannya
Untuk Fira percayalah kita akan di satukan dengan berjalannya Waktu, dan suatu saat nanti aku akan menjemputmu dengan perasaan tang lebih dari saat ini, tentunya juga aku pastikan saat waktunya tiba, Perasaanmu pun akan sama, uniknya aku malah meyakini bahwa suatu saat nanti Rasamu lebih besar dari pada rasa yang saat ini ku emban.
rasa ketertarikan, rasa sayang dan entah rasa apapun itu jenisnya.
Aku pastikan kita berakhir Temu.
Penulis : sufyanwahyudi
🙂
Jadi pengen jadi pemeran perempuannya. Di tunggu kelanjutannya mas
Uhukk